Kamis, 02 Desember 2010

Senin, 22 November 2010

Tentang Bendungan Ir. H. Djuanda

Bendungan Jatiluhur (Jatiluhur Dam) adalah salah satu bendungan besar yang ada di Indonesia. Bendungan ini mempunyai nama resmi Bendungan Ir.H.Djuanda. Panjang bendungan 1,2 Km membendung aliran Sungai Citarum. Dibangun mulai Tahun 1957 dan mulai beroperasi pada Tahun 1967 setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto. Masyarakat lebih mengenal bendungan ini dengan sebutan Bendungan Jatiluhur. Jatiluhur sendiri adalah nama kecamatan tempat bendungan ini berada. Kecamatan Jatiluhur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat- Indonesia. Lokasi bendungan ini dapat dilihat pada peta berikut (peta diunduh dari google map) :
peta 3 waduk
Lokasi Bendungan Ir.H.Djuanda
Bendungan Ir. H. Djuanda
Berjarak kurang lebih 100 Km arah Tenggara Jakarta dan 60 Km arah Barat Laut Bandung, Bendungan Ir. H. Djuanda merupakan bendungan tipe urugan batu dengan inti tanah liat miring (Rock Fill with Inclined Clay Core). Memiliki empat buah bendungan pelana (saddle dam), yaitu Bendungan Pelana Pasir Gombong Barat, Pasir Gombong Timur, Ciganea dan Ubrug. Letak keempat bendungan pelana tersebut dapat dilihat pada peta situasi berikut ini.
Lokasi Bendungan Utama Ir.H.Djuanda, Bendungan Pelana Ubrug, Ciganea dan Pasir Gombong
Bangunan pelimpah utama berbentuk menara tipe morning glory, yang dibagian bawahnya juga berfungsi sebagai ruang pembangkitan (power house). Untuk membantu apabila terjadi kekurangan pasok air ke hilir melalui pembangkit, disediakan juga dua buah saluran suplesi irigasi (hollow jet valve) pada elevasi +49 m.dpl. Berdasarkan hasil pemeruman tahun 2000, volume tampungan pada TMA +107 m dpl (normal pool level) sebesar 2.448 juta m3 dengan luas genangan seluas 81,3 Km2.
Foto Waduk Ir.H.Djuanda
Bendungan ini mulai dibangun pada tahun 1957 dan selesai tahun 1967 di Sungai Citarum, dengan luas keseluruhan daerah tangkapannya (catchment area) seluas 4.500 Km2, sedangkan luas daerah tangkapan yang langsung ke waduk setelah dibangun Bendungan Saguling dan Cirata di hulunya menjadi 380 Km2.
Bendungan Ir. H. Djuanda merupakan bendungan multiguna (multipurpose dam), dengan fungsi sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang 187,5 MW, pengendalian banjir di Kabupaten Karawang dan Bekasi, irigasi untuk 242.000 hektar sawah di kawasan pantai utara Jawa Barat, pasok air untuk rumah tangga, industri dan penggelontoran kota, pasok air untuk budidaya perikanan air payau sepanjang pantai utara Jawa Barat seluas 20.000 hektar, dan pariwisata.
Bendungan Pelana Pasir Gombong
Bendungan Pelana Pasir Gombong merupakan bendungan tipe Homogenous Earth Fill dengan penutup menggunakan batu andesit dan di beberapa tempat menggunakan Chimney Drain. Elevasi puncak bendungan pelana +114,5 m.dpl. Bendungan Pelana Pasir Gombong terdiri dari dua bendungan yaitu : Bendungan Pelana Pasir Gombong Barat dengan panjang 1.950 m, tinggi maksimum 19,0 m dan Bendungan Pelana Pasir Gombong Timur dengan panjang 400 m, tinggi maksimum 15,0  m. Berikut ini disajikan citra satelit Bendungan Pelana Pasir Gombong Timur dan Barat.
Citra satelit Bendungan Pelana Pasir Gombong Timur 18 Sep 2009 (Sumber : Google Earth)
Citra satelit Bendungan Pelana Pasir Gombong Barat 18 Sep 2009 (Sumber : Google Earth)
Bendungan Pelana Ciganea
Bendungan Pelana Ciganea merupakan bendungan tipe Homogenous Earth Fill sama dengan Bendungan Pelana Pasir Gombong dengan penutup menggunakan batu andesit dan di beberapa tempat menggunakan Chimney Drain. Elevasi puncak bendungan pelana +114,5 m.dpl. Panjang bendungan pelana ini 330 m, tinggi maksimum 12,5  m. Berikut ini disajikan citra satelit Bendungan Pelana Ciganea.
Citra satelit Bendungan Pelana Ciganea (Sumber : Google Earth)
Bendungan Pelana Ubrug
Bendungan Pelana Ubrug juga merupakan bendungan tipe Homogenous Earth Fill sama dengan Bendungan Pelana Pasir Gombong dengan penutup menggunakan batu andesit dan di beberapa tempat menggunakan Chimney Drain. Elevasi puncak bendungan pelana +114,5 m.dpl. Panjang bendungan pelana ini 550 m, tinggi maksimum 17 m dilengkapi dengan pelimpah bantu. Berikut ini disajikan citra satelit Bendungan Pelana Ubrug.
Citra satelit Bendungan Pelana Ubrug (Sumber : Google Earth)
Pelimpah bantu di Bendungan Pelana Ubrug memiliki 4 (empat) buah pintu dengan lebar 12,4 meter, elevasi lantai pelimpah + 102 m.dpl dengan kapasitas pelimpah 2000 m3/det. Berikut ini disajikan denah bendungan pelana ubrug dan foto pelimpah bantu.
Foto pelimpah pembantu Ubrug
Denah pelimpah pembantu Ubrug

desain bendungan Jatiluhur

Desain Bendungan Jatiluhur

Oleh : Andrijanto, Rahmat Sudiana

Proses perencanaan pembangunan bendungan di Sungai Citarum dimulai dari penetapan lokasi. Berdasarkan gagasan awal Prof. Dr. Ir. W.J. van Blommestein berjudul “Integrated Water Resources Development in the Western Part of Java Island”, direncanakan dibangun tiga buah bendungan di Jatiluhur. Penyelidikan-penyelidikan pertama dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang waktu itu masih dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga, dengan mempekerjakan tenaga-tenaga ahli dari Perancis.
Sesuai dengan konsep pembangunan bendungan, yakni dimulai dari udik ke hilir, rencana awal pembangunan dimulai dengan melakukan pengukuran di daerah Padalarang, yaitu lokasi Bendungan Saguling saat ini. Pengukuran tidak dapat diteruskan karena pada waktu pelaksanaan banyak mengalami gangguan dari pasukan DI/TII, memakan korban beberapa petugas ukur yang meninggal dunia. Pengukuran kemudian dipindahkan ke lokasi berikutnya, yakni lokasi sekitar Bendungan Cirata saat ini. Sama seperti dengan di daerah Padalarang, di lokasi ini pun mendapat gangguan dari DI/TII, sehingga akhirnya pengukuran dilakukan di sekitar lokasi Jatiluhur. Mempertimbangkan masalah keamanan dan kebutuhan irigasi yang mendesak, maka diputuskan pembangunan Bendungan Jatiluhur.
Setelah ditetapkan rencana lokasi tubuh bendungan, dimulai pekerjaan perancangan yang dalam perjalanannya mengalami beberapa perubahan. Proses perancangan dan perubahan yang terjadi baik selama perancangan maupun pada saat pembangunan adalah sebagai berikut:
Desain Awal (Preliminary Design)
Bendungan Jatiluhur dirancang pertama kali oleh Neyrpic Laboratory (sejak tahun 1955 Neyrpic Laboratory berubah menjadi Sogreah), sekitar tahun 1953. Sogreah (dulu Neyrpic Laboratory) adalah perusahaan Perancis yang bergerak dibidang konsultasi perencanaan yang juga memiliki pabrik pembuatan unit pembangkit listrik (khusus pembuatan turbin dan waterways).
Berbeda dengan desain yang sekarang, denah bendungan berbentuk busur dengan jari-jari 360 m ke arah udik dengan pelimpah samping yang terletak di sebelah kiri bendungan. Panjang bendungan lebih pendek karena memanfaatkan semenanjung yang berada di udik bendungan saat ini. Terowongan pengelak berada di sebelah kiri bendungan, berjumlah dua buah dengan diameter 10,5 m. Direncanakan salah satu terowongan pengelak akan digunakan sebagai intake pembangkit listrik. Memiliki 4 unit pembangkit listrik yang terletak di hilir bendungan dengan pengambilan di kiri bendungan, (lokasi di tubuh bendungan sekarang pada bagian kiri) memanfaatkan sebagian diversion tunnel sebelah kanan.
Gambar 1: Preliminary Design Denah Bendungan Jatiluhur oleh Neyrpic.


Gambar 2: Ilustrasi Rencana Lokasi Tubuh Bendungan Berdasarkan Preliminary Design
Data teknis Bendungan Jatiluhur berdasarkan preliminary design ini adalah sebagai berikut:
Tipe Bendungan                            : Urugan Batu dengan inti tanah liat.
Lebar puncak                                : 6 m.
Elevasi puncak bendungan          : +111,00 m.
Kemiringan lereng                         :  U/S 1 : 1,4, (D/S) juga 1 : 1,4.
Pelimpah                                       :  Pelimpah samping saluran terbuka, menggunakan 4 buah pintu pengeluaran lebar masing-masing 8 m, dengan elevasi udik pelimpah +88,00 m dan hilir +21,00 m. Lebar saluran pelimpah 20 m.
PLTA                                             :  4 unit, berada di hilir bendungan. Lokasi sekitar tubuh bendungan yang sekarang. Intake memanfaatkan diversion tunnel kanan.
Elevasi puncak cofferdam udik    : +41 m.
Saluran Pengelak                         :  berjumlah dua buah, dengan diameter masing-masing 10,50 m.
Rencana ini tidak diteruskan karena berdasarkan hasil penyelidikan geologi menunjukkan bukit tumpuan kanan terdapat sinklin dengan pelapisan yang miring kearah hilir. Sedangkan kondisi geologi lokasi spillway kurang baik.
Desain Kedua.
Desain bendungan berikutnya dilakukan oleh A. Coine & J. Beller Consulting Engineers Paris. Desain yang dibuat masih berbentuk busur, namun arahnya berlawanan dengan desain sebelumnya, yaitu berbentuk busur ke hilir. Mempertimbangkan kondisi geologi yang ada, maka bukit tumpuan bendungan digeser ke hilir, kurang lebih sekitar 100 m. Lokasi bukit tumpuan dalam desain kedua ini persis sama dengan lokasi bukit tumpuan bendungan saat ini.
Desain pelimpah diubah dari sebelumnya menggunakan pelimpah samping, pada desain kedua ini menggunakan pelimpah dengan struktur morning glory (lihat penjelasan sebelumnya tentang pelimpah morning glory). Sedangkan PLTA disatukan dalam bangunan menara morning glory. Letak PLTA di udik bendungan tidak lazim, biasanya berada di bagian hilir bendungan. Pertimbangan PLTA disatukan dengan bangunan menara pelimpah adalah berdasarkan efisiensi, artinya tidak perlu dibuatkan bangunan tersendiri untuk bangunan PLTA (beda tinggi hilir tidak signifikan) dan intake ke PLTA tidak terlalu panjang sehingga dapat mengurangi loses.
Gambar 3: Denah Bendungan Jatiluhur Berdasarkan Desain Kedua.
Data teknis Bendungan Jatiluhur berdasarkan preliminary design ini adalah sebagai berikut:
Tipe Bendungan                            : Urugan Batu dengan inti tanah liat miring.
Lebar puncak                                : 10 m.
Elevasi puncak bendungan          : +114,50 m.
Kemiringan lereng                         :  U/S 1 : 1,4, (D/S) juga 1 : 1,4.
Menara pelimpah utama               :  Tipe Morning Glory, Ogee, 14 jendela, tanpa pintu, elevasi mercu +107 m, panjang mercu   151,5 m, dengan 14 buah jendela. Kapasitas 3.000 m3/s pada elevasi maksimum. Diameter menara  terluar  90 m. Tinggi menara  110 m.
Elevasi puncak cofferdam udik    : +65 m.
Saluran Pengelak                         :  satu buah, dengan diameter 10,50 m, berada di kanan menara, berlawanan dengan desain sebelumnya.

Desain Akhir.
Desain akhir bendungan sebagian besar sama dengan desain kedua. Yang membedakannya adalah tapak dan kemiringan inti tanah liat bendungan. Pada desain akhir ini bentuk as bendungan digeser ke udik, sehingga mengakibatkan jarak tubuh bendungan dengan bangunan menara menjadi semakin dekat. Perubahan lainnya adalah inti tanah liat yang memiliki kemiringan lebih tegak dibandingkan sebelumnya.
Perubahan ini dilakukan pada masa konstruksi. Pada waktu konstruksi menara dan tailrace/access gallery selesai pada tahun 1962, ditemukan pergeseran yang terjadi pada joint 1 dan 2 tailrace dan access gallery ke arah hilir. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut pada waktu itu dilakukan pengeboran dan pada pondasinya ditemukan lapisan seam clay yang licin di antara sandy claystone dan claystone miring yang ke hilir.
Gambar 4: Kondisi Geologi di Bawah tailrace dan Access Gallery (Penampang Berdasarkan Desain Kedua).
Berdasarkan hasil analisis terdapat kekhawatiran bahwa pergeseran joint 1 dan 2 akibat dari pergeseran lapisan pondasi. Diputuskan pada waktu itu untuk melakukan pengangkuran lapisan pondasi tersebut.
Gambar 5: Skema Pengangkuran dan Penampang Bendungan Setelah Dilakukan Perubahan Desain.
Pengangkuran dilakukan dengan menggunakan besi beton berulir diameter 32 mm.
Gambar 6: Desain Rinci Pengangkuran.
Setelah dilakukan pemasangan angkur, masih terdapat kekhawatiran bila tubuh bendungan sesuai dengan desain, tubuh bendungan akan mengalami pergeseran ke arah hilir. Mempertimbangkan hal tersebut di atas, desain disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga desain tubuh bendungan menjadi seperti gambar di bawah ini:

Gambar 7: Desain Akhir Bendungan Jatiluhur
Gambar 8: Penampang Melintang Bendungan Utama Melalui Struktur Menara Pelimpah

Menara Morning Glory Saat Limpas
 Gambar 9: menara morning glory saat banjir karawang

Belajar Aljabar Cara Mudah


1.      Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar
Pada Bentuk Aljabar operasi hitung penjumlahan dan pengurangan hanya dapat dilakukan pada suku-suku yang sejenis.

Contoh :
a.       -4ax  +  7ax
= ( -4 + 7 ) ax
= 3 ax

b.      ( 2x2 – 3x + 2 ) + ( 4x2 – 5x + 1 )
= 2x2 – 3x + 2  +  4x2 – 5x + 1
= 2x2 + 4x2 – 3x – 5x + 2 + 1
= ( 2 + 4)x2 + ( -3 – 5)x ( 2 + 1 )  (kelompokan suku yang sejenis)
= 6x2 ­– 8x + 3
2.      Perkalian Bentuk Aljabar
Operasi perkalian Bentuk Aljabar Sebagian Besar dilakukan dengan cara distributif.

Contoh :
a.       ( 2x + 3 ) ( 3x- 2 )
= 2x( 3x – 2 ) + 3(3x – 2 )
= 6x2 – 4x + 9x – 6
= 6x2 + 5x - 6